Tafsir

Tafsir al-Qur'an adalah interpretasi berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang mapan. tafsir adalah kata benda infinitif yang diderivasikan dari kata kerja transitif fassara yang menurut lexicolog Arab klassik, berarti menemukan, mendeteksi, mengungkapkan, memunculkan atau membuka sesuatu yang tersembunyi; atau membuat sesuatu menjadi jelas, nyata, atau gamblang; menerangkan, menjelaskan atau menafsirkan. Tafsir al-Qur'an menunjukkan arti "memperluas, menjelaskan, atau menginterpretasikan cerita yang ada dalam al-Qur'an, dan memaklumkan pengertian kata-kata atau ekspresi yang janggal, serta menjelaskan keadaan ketika ayat-ayat itu diwahyukan." Pengertian Tafsir yang telah mapan adalah bahwa ia berusaha memberikan arti melalui bukti nyata atau eksternal (dalalah zahirah) sebagai bandingan dari bukti internal atau tersembunyi (dalalah batinah) yang terkandung dalam takwil atau interpretasi yang lebih mendalam. Sebagaimana al-Jurzani mendefinisikannya :

التفسير في الأصل: هو الكشف والإظهار، وفي الشرع: توضيح معنى الآية، وشأنها، وقصتها، والسبب الذي نزلت فيه، بلفظ يدل عليه دلالةً ظاهرة.

Bukti nyata (dalalah zahirah) inilah yang kemudian diharapkan akan menjawab semua problema dan keluhan
jaman, karena bukti nyata akan selalu berubah dan kompleks sejalan dan searah dengan prularnya pemikiran manusia, sehingga Alquran bukanlah sesuatu yang dikeramatkan yang tak bisa digali, dikembangkan, dan dihadapkan dengan perkembangan jaman yang sedemekian telah menuju ke titik canggihannya. Alquran bukan hanya dibaca kemudian mendapatkan pahala, jauh dari sekedar itu Alquran menjadi agen of change bagi seluruh umat manusia, menjadi pedoman bertindak dan berprilaku dalam mengarungi hidup yang dipundaknya dibebani tugas berat sebagai khalifah di muka bumi.

Alquran mengandung sejuta solusi kehidupan, Alquran memberikan teknis pemecahan masalah umat dalam berbagai bidang, baik kriminal, kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, lingkungan kumuh, kelaparan, dan sebagainya. Contoh kecil Alquran mengajarkan untuk tidak melakukan pemborosan, yaitu ‘Sesungguhnya para pemboros itu adalah kawan syetan’ (Q.S al-Isra’ : 27) ini artinya Alqur’an memberikan solusi bahwa sekecil apapun yang kita miliki yang masih bisa dimanfaatkan tidak boleh dibuang sia-sia, Alquran melalui ayat ini juga mengajarkan bahwa dalam segal tindakan selalu harus menggunakan perhitungan yang matang, sehingga ujungnya tidak ada sesuatu yang berlebih yang kemudian dibuang dan diabaikan begitu saja. Seiring dengan hal itu, Alquran membutuhkan mereka yang sanggup mengurai, membuktikan, dan menyusun bukti internal atau tersembunyi (dalalah batinah) ke dalam bukti nyata atau eksternal (dalalah zahirah). Inilah tugas kita yang notabene pemeluk Islam, berpedoman terhadapnya, dan meyakini seyakin-yakinnya akan kebesaran serta kemukjizatan Alquran. Sebagaimana penyusun kitab al-Muhith mengatakan :

الفَسْرُ الإِبانَةُ، وكشْفُ المُغَطَّى أو هو كشْفُ المُرادِ عنِ المُشْكِلِ

Tafsir itu menjelaskan, membuka tirai penghalang, atau mengurai sesuatu yang sulit sehingga melahirkan sesuatu yang diharapkan
Sejatinya bahwa umat ini sangat membutuhkan Alquran untuk menyelesaikan problem mereka, mereka membutuhkan Alquran untuk dijadikan senjata dalam melepaskan diri dari kungkungan krisis global, nilai spiritual yang dihasilkan dari penafsiran mendalam diharapkan dapat memberikan solusi perdamaian antara Negara yang bertikai, Israel vs Palestina, AS vs Negara-negara yang dianggap musuhnya, karena yakin Alquran mengandung sejuta solusi yang universal tanpa terikat oleh suku, ras, Negara, dan agama. Karena Alquran mukjizat terbesar Muhammad SAW, yang mengusung agama yang paling hak dan diutus sebagai rahmatan lil’alamina/rahmat bagi semesta alam bukan hanya pemeluknya.

Referensi :
Harun Nasution dan Azyumardi Azra, Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1985), hal. 9
Al-Suyuthi, al-Itqan, (Maktabah Syamilah, tt)
Al-JurJani, al-Ta’rifat, (Maktabah Syamilah, tt)
Al-Fairuz Abadi, al-Qamus al-Muhith, (Maktabah Syamilah, tt)